Kaya33 – 20 Kesamaan Orang Tua dari Anak-anak yang Sukses Menurut Pakar

Orang tua dan anak
Jakarta

Siapa sih orang tua yang enggak mau anaknya sukses di masa depan? Ternyata, ada kesamaan orang tua dari anak-anak yang sukses menurut pakar, Bunda.

Seperti diketahui, kesuksesan seorang anak di masa depan dapat bergantung dari pola asuh orang tuanya. Dalam kebanyakan kasus, orang tua bahkan bertindak sebagai role model bagi anaknya untuk gigih meraih kesuksesan.

Untuk membesarkan anak yang sukses memang bukan perkara mudah. Tapi, tak ada salahnya Bunda dan Ayah mulai mengetahui kesamaan orang tua dari anak-anak yang berhasil sukses di masa depan. Setelah mengetahuinya, Bunda dan Ayah dapat menerapkan pola asuh yang terbaik untuk anak sejak dini.

Kesamaan orang tua dari anak-anak yang sukses

Melansir dari Business Insider, berikut 20 kesamaan orang tua dari anak-anak yang sukses:

1. Orang tua membiarkan anak-anaknya memimpin tugas yang mudah atau cukup sulit

Menurut sebuah studi tahun 2021 yang dipimpin oleh profesor Stanford University, Jelena Obradovic, arahan orang tua yang terlalu banyak dapat membuat anak frustrasi atau menyebabkan mereka kehilangan fokus pada suatu tugas. Penelitian tersebut mengamati anak-anak yang sedang membersihkan, bermain, atau mendiskusikan suatu masalah.

Menurut studi, anak-anak yang orang tuanya turun tangan untuk memberikan instruksi sering kali menunjukkan kesulitan yang lebih besar dalam mengatur emosi mereka di kemudian hari. Studi tersebut lantas menyarankan orang tua harus mengambil langkah mundur di mana mereka membiarkan anak-anaknya memimpin untuk mencari tahu cara bermain, membersihkan, atau memecahkan masalah.

“Terlalu banyak keterlibatan langsung dapat mengorbankan kemampuan anak-anak untuk mengendalikan perhatian, perilaku, dan emosi mereka sendiri. Ketika orang tua membiarkan anak-anak memimpin, hal itu akan melatih keterampilan pengaturan diri dan membangun kemandirian anak-anak,” tulis Obradović dalam penelitian tersebut.

2. Orang tua membiasakan anak-anaknya mengerjakan tugas rumah

Anak yang sukses umumnya dibesarkan oleh orang tua yang terbiasa mengerjakan tugas rumah sendiri. Di satu sisi, orang tua ini membiasakan anak-anaknya untuk ikut mengerjakan tugas tersebut, Bunda.

“Jika anak-anak tidak mencuci piring, itu berarti orang lain yang melakukannya untuk mereka. Jadi, mereka tidak hanya terbebas dari pekerjaan, tetapi juga dari pembelajaran bahwa pekerjaan harus dilakukan dan bahwa setiap orang dari kita harus berkontribusi untuk melakukan perubahan,” kata penulis How to Raise an Adult, Julie Lythcott-Haims, dalam acara TED Talks Live.

Lythcott-Haims percaya bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan tugas-tugas akan menjadi pribadi yang bisa bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja, lebih berempati, dan mampu mengerjakan tugas secara mandiri. “Dengan meminta mereka melakukan tugas-tugas, seperti membuang sampah atau mencuci pakaian sendiri, mereka menyadari bahwa saya harus melakukan pekerjaan agar bisa menjadi bagian dari kehidupan,” ujarnya.

3. Orang tua mengajarkan keterampilan sosial kepada anak-anaknya

Sebuah studi tahun 2015 yang dilakukan peneliti dari Pennsylvania State University dan Duke University selama 20 tahun menunjukkan bahwa anak-anak yang kompeten secara sosial, dan dapat bekerja sama dengan teman sebayanya tanpa disuruh, serta mampu menyelesaikan masalah sendiri, jauh lebih mungkin untuk memperoleh pendidikan lebih baik dan memiliki pekerjaan penuh waktu pada usia 25 tahun. Data tersebut dibandingkan dengan mereka yang memiliki keterampilan sosial terbatas.

Studi yang diterbitkan di American Journal of Public Health ini juga menunjukkan, anak-anak yang memiliki keterampilan sosial terbatas juga memiliki peluang lebih tinggi untuk melakukan perbuatan buruk di masa mendatang.

“Studi ini menunjukkan bahwa membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional adalah salah satu hal terpenting yang dapat orang tua lakukan untuk mempersiapkan masa depan yang sehat,” kata direktur program di Robert Wood Johnson Foundation, Kristin Schubert.

4. Orang tua cenderung memiliki ekspektasi yang tinggi

Tidak apa untuk memiliki ekspektasi tinggi sebagai orang tua. Stud yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics tahun 2015 menemukan, ekspektasi yang dimiliki orang tua terhadap anak-anaknya memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi, Bunda.

“Orang tua yang melihat perguruan tinggi sebagai masa depan anak mereka tampaknya mengarahkan anak mereka untuk mencapai tujuan itu tanpa mempedulikan pendapatan dan aset yang dimiliki,” ujar profesor di University of California, Neal Halfon.

5. Orang tua memiliki hubungan yang sehat

Menurut tinjauan studi yang dilakukan University of Illinois, anak-anak dalam keluarga yang penuh konflik, baik yang utuh maupun yang bercerai, cenderung bernasib lebih buruk daripada anak-anak dari orang tua yang akur. Beberapa studi juga telah menemukan, anak-anak dibesarkan oleh orang tua tunggal yang tidak berkonflik bernasib lebih baik daripada anak-anak dalam keluarga dengan dua orang tua yang berkonflik.

Konflik antara orang tua sebelum perceraian juga berdampak negatif pada anak-anak. Sementara itu, konflik pasca-perceraian memiliki pengaruh yang kuat dalam penyesuaian hidup anak-anak.

6. Orang tua memiliki latar pendidikan yang tinggi

Sebuah studi tahun 2014 yang dipimpin oleh psikolog University of Michigan, Sandra Tang, menemukan bahwa ibu yang menyelesaikan sekolah menengah atas atau perguruan tinggi lebih mungkin membesarkan anak-anak untuk mencapai pendidikan yang sama.

Sementara dalam sebuah studi longitudinal tahun 2009 yang dilakukan psikolog dari Bowling Green State University, Eric Dubow, menemukan bahwa tingkat pendidikan orang tua saat anak berusia 8 tahun secara signifikan memprediksi keberhasilan pendidikan dan pekerjaan anak 40 tahun kemudian.

7. Orang tua mengajarkan matematika ke anaknya sejak dini

Sebuah studi meta-analisis tahun 2007 yang diterbitkan dalam Society for Research in Child Development menemukan bahwa mengembangkan keterampilan matematika anak sejak dini dapat memberikan keuntungan yang besar di masa akan datang.

“Penguasaan keterampilan matematika dini tidak hanya memprediksi pencapaian matematika di masa depan, tetapi juga memprediksi pencapaian membaca di masa depan,” kata peneliti Greg Duncan.

8. Orang tua mengembangkan hubungan baik dengan anak-anaknya.

Orang tua pada dasarnya merupakan pengasuh yang peka. Bila mereka mampu merespons sinyal anak dengan cepat dan tepat, maka mereka bisa memberikan dasar yang aman bagi anak-anak untuk menjelajahi dunia.

“Hal tersebut menunjukkan bahwa investasi dalam hubungan orang tua dan anak di masa awal dapat menghasilkan keuntungan jangka panjang yang terakumulasi sepanjang hidup si anak,” psikolog di University of Minnesota, Lee Raby.

9. Orang tua tidak terlalu stres

Stres yang dialami orang tua, terutama ibu, dapat memengaruhi anak-anak di masa depan. Penularan emosi dapat menjadi kunci utama dalam hal ini.

Penelitian menunjukkan bahwa jika seseorang bahagia, kegembiraan itu akan menular pada sekitarnya. Sebaliknya, jika dia sedih, kesuraman itu juga akan menular. Jadi, jika orang tua kelelahan atau frustrasi, keadaan emosional itu dapat menular ke anak-anaknya.

10. Orang tua lebih mementingkan usaha dibanding menghindari kegagalan

Cara pandang orang tua ketika menganggap keinginan bisa memengaruhi kemampuan, ternyata memiliki efek yang kuat pada anak-anak. Jika anak-anak diberi tahu bahwa mereka lulus ujian karena kecerdasan bawaan, hal itu menciptakan pola pikir yang ‘tetap’.

Sebaliknya, jika anak disebut berhasil meraihnya karena usaha, hal itu akan mengajarkan pola pikir yang ‘berkembang’.

Orang tua dan anakIlustrasi orang tua dan anak/ Foto: iStock

11. Ibu bekerja dapat memengaruhi kesuksesan anak

Menurut penelitian dari Harvard Business School, ada manfaat signifikan bagi anak-anak yang tumbuh dengan ibu yang bekerja di luar rumah. Penelitian tersebut menemukan bahwa anak perempuan dari ibu yang bekerja akan menjalani pendidikan lebih lama, , lebih mungkin memiliki pekerjaan tinggi, dan memperoleh lebih banyak uang.

Anak laki-laki dari ibu yang bekerja juga cenderung lebih mandiri. Mereka jadi lebih terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mampu mengasuh anaknya di masa akan datang.

12. Orang tua memiliki sifat berwibawa

Orang tua yang berwibawa dianggap ideal. Mereka yang menerapkan sifat ini dapat membesarkan anak dengan rasa hormat terhadap otoritas, tetapi tidak merasa dikekang oleh hal tersebut.

Sebaliknya, orang tua yang otoriter bisa membentuk perilaku anak yang buruk di masa akan datang. Orang tua dengan sifat ini cenderung suka mengendalikan anak berdasarkan standar perilaku yang ditetapkan, sehingga anak merasa seperti dikekang.

13. Orang tua yang gigih

Anak yang sukses dapat berasal dari didikan orang tua yang gigih, Bunda. Kegigihan adalah sifat kepribadian yang kuat dan mendorong untuk kesuksesan.

Mereka yang gigih memiliki kecenderungan untuk mempertahankan minat dan usaha untuk meraih tujuan jangka panjang. Bila orang tua memberikan contoh kegigihan ini, maka anak dapat berkomitmen untuk melakukannya demi mencapai kesuksesan.

14. Orang tua tidak menerapkan kontrol psikologis

Menurut studi longitudinal dari University College London, kontrol psikologis orang tua terhadap anak-anaknya memainkan peran penting dalam kepuasan hidup dan kesejahteraan mental. Anak yang orang tuanya menerapkan kontrol psikologis lebih besar menunjukkan kesejahteraan mental yang jauh lebih rendah sepanjang kehidupan dewasanya.

Contoh kontrol psikologis seperti tidak mengizinkan anak-anak membuat keputusan sendiri, mengganggu privasi mereka, menumbuhkan rasa ketergantungan anak dengan orang tuanya, dan membuat anak merasa bersalah untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

15. Orang tua memahami pentingnya nutrisi anak

Anak-anak yang sukses di masa depan menyadari bahwa kebiasaan makan yang baik dapat membantunya tetap fokus dan produktif sepanjang hari. Menurut psikolog klinis keluarga dan anak, Dr. Catherine Steiner-Adair, mengembangkan kebiasaan makan pada anak-anak yang sehat secara mental dan fisik memerlukan keterlibatan dari orang tua.

Itu artinya, orang tua perlu menjadi role model dalam membangun kebiasaan makan yang sehat dan sikap positif terhadap makanan. Hal tersebut dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa penerimaan terhadap citra diri yang positif terhadap tubuhnya.

16. Orang tua bersikap adil ketika sedang berkonflik di depan anak

Ketika anak-anak menyaksikan konflik ringan hingga sedang yang melibatkan dukungan, kompromi, dan emosi positif di rumah, mereka belajar keterampilan sosial, harga diri, dan keamanan emosional yang lebih baik. Hal itu dapat membantu mengembangkan hubungan yang baik antara orang tua dan anak dan seberapa baik prestasi anak di sekolah.

“Ketika anak-anak menyaksikan pertengkaran dan melihat orang tua menyelesaikannya, mereka sebenarnya lebih bahagia daripada sebelum mereka melihatnya. Itu meyakinkan anak-anak bahwa orang tua dapat menyelesaikan masalah,” kata psikolog E. Mark Cummings.

17. Orang tua tidak mempermasalahkan ketika anaknya gagal

Salah satu tren terbaru dalam membesarkan anak adalah menerapkan pola asuh yang terlalu ketat atau mengatur kehidupan anak secara mendetail sehingga mereka tidak pernah mengalami kegagalan. Salah satu aspek yang paling merusak dari pengasuhan yang terlalu ketat adalah bahwa hal itu dapat berlanjut hingga dewasa.

“Intinya adalah mempersiapkan anak untuk menapaki jalannya, bukan mempersiapkan jalan untuk anak,” katanya,” ungkap Lythcott-Haims.

18. Orang tua tidak membiasakan anaknya menonton TV dalam waktu lama

Menurut studi tahun 2011 dari Ohio State University, anak-anak yang menonton televisi di usia muda cenderung memiliki keterampilan komunikasi yang rendah. Menonton TV juga dapat mengurangi jumlah komunikasi antara orang tua dan anak, Bunda.

Studi tersebut menemukan bahwa membaca jauh lebih kondusif untuk komunikasi orang tua dan anak. “Menonton TV bersama-sama menghasilkan lingkungan komunikasi yang relatif merugikan bagi anak-anak kecil, sementara membaca buku bersama-sama mendorong pertukaran pikiran yang efektif,” kata para penulis studi.

19. Orang tua membebaskan anak mengambil keputusan

Menurut konselor kesehatan mental, Laura JJ Dessauer, tidak membiarkan anak mengambil keputusan dapat mengubah mereka menjadi orang dewasa yang memiliki sifat bergantung dengan orang lain. Hal tersebut tentu perlu dihindari dalam pola pengasuhan untuk menciptakan anak sukses di masa depan.

“Membuat setiap keputusan untuk anak, termasuk pakaian yang mereka kenakan, kapan mereka mengerjakan pekerjaan rumah, dan dengan siapa mereka dapat bermain, dapat menghilangkan keinginan anak untuk mengambil keputusan. Seiring bertambahnya usia, mereka cenderung terjebak dalam hubungan di mana orang lain yang memiliki kendali lebih besar,” ungkap Dessauer di Psychology Today.

20. Orang tua mengajarkan anak tentang pengendalian diri

Jika anak memiliki rasa pengendalian diri yang baik, maka mereka cenderung lebih sehat dan merasa aman. Menurut sebuah studi selama 32 tahun yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, orang tua yang memastikan anak-anaknya dapat mengendalikan diri terbukti membesarkan anak-anak yang lebih stabil.

Anak-anak tersebut tak hanya menjadi sehat secara mental dan fisik, tetapi juga cukup secara finansial, tidak terlibat dalam perilaku kriminal, dan tidak memiliki masalah penyalahgunaan zat terlarang.

Demikian 20 kesamaan orang tua dari anak-anak yang sukses menurut pakar. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

tags
categories
No category

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest Comments

No comments to show.