Kaya33 – Ketahui Kondisi Pneumonia pada Anak, Ini Gejala hingga Cara Mencegahnya

Pneumonia pada anak
Jakarta

Pneumonia merupakan salah satu kondisi yang dapat menyerang semua orang, termasuk anak-anak. Pneumonia sendiri diartikan sebagai infeksi atau peradangan pada jaringan paru yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, maupun jamur.

Kondisi ini menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia, terutama balita di bawah usia lima tahun. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan ada sekitar 700.000 anak meninggal dunia akibat pneumonia di negara berkembang.

Angka kejadian pneumonia semakin meningkat di Indonesia pada beberapa bulan terakhir. Meski begitu, pneumonia bukanlah hal baru dan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada balita sehingga orang tua diharapkan memiliki awareness terkait pneumonia.

Ketika paru mengalami infeksi, proses pertukaran oksigen tentu akan terganggu dan akan berakibat fatal, terutama bagi anak.

Beda pneumonia dan TBC

Pneumonia merupakan kondisi terjadinya infeksi pada parenkim paru.

Beberapa orang tua mungkin lebih familiar dengan ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA sendiri dibagi menjadi dua, yakni saluran atas dan saluran bawah. Batas di antara keduanya adalah laring. Pneumonia yang merupakan infeksi di parenkim paru termasuk ISPA bagian saluran bawah.

Sementara itu, TBC adalah salah satu kondisi yang disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis. Namun, penyakit ini tidak selalu menyerang paru, Bunda. Pada beberapa kondisi, TBC juga bisa menyerang kulit, kelenjar limfa, otak, dan masih banyak organ tubuh lainnya.

Kebiasaan sehari-hari yang dapat mencegah pneumonia

Ada beberapa kebiasaan yang dapat diajarkan pada anak agar terhindar dari pneumonia. Berikut di antaranya:

1. Pola hidup bersih dan sehat

Sejak pandemi COVID-19, anak-anak sudah diajarkan dan dibiasakan untuk hidup sehat dan bersih. Hal ini harus dipertahankan agar anak juga terhindar dari pneumonia.

Perlu dipahami bahwa pneumonia adalah penyakit yang bisa menular melalui droplet. Sehingga, kebersihan anak harus selalu terjaga.

2. Pakai masker

Ajarkan Si Kecil memakai masker ketika bepergian di tempat ramai, terutama jika usianya di atas dua tahun. Perhatikan juga lingkungan sekitar, sehingga Bunda tahu kapan harus memakaikan dan melepas masker pada anak.

3. Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin

Ketika batuk ataupun bersin, ajarkan anak untuk selalu menutup hidung serta mulutnya, Bunda. Cara menutup yang paling mudah adalah dengan menggunakan lengan sehingga virus dan bakteri yang dikeluarkan tidak menyebar ke orang lain.

4. Mencuci tangan

Mencuci tangan adalah salah satu cara mencegah transmisi atau penularan penyakit. Hal ini juga dapat mencegah anak tertular infeksi, karena umumnya mereka tidak sadar dengan apa yang telah mereka pegang sebelumnya.

Benarkah mandi malam sebabkan pneumonia?

Ingat, penyebab dari pneumonia adalah adanya infeksi dari mikroorganisme di paru yang masuk melalui saluran pernapasan. Anggapan bahwa mandi malam dapat menyebabkan pneumonia adalah mitos ya, Bunda.

Pada masyarakat zaman dahulu, mandi malam mungkin lebih dikhawatirkan menyebabkan anak kedinginan. Namun, pada dasarnya hal ini tidak berhubungan langsung dengan pneumonia.

Gejala pneumonia

Penting untuk mengetahui gejala pneumonia pada anak, sehingga mereka bisa mendapatkan penanganan dengan cepat di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan terdekat. Gejala umum pneumonia sendiri disebut dengan ‘Trias Pneumonia’.

Trias Pneumonia adalah demam, batuk, serta sesak napas, Bunda. Ketika anak sudah mengalami ketiga hal ini, Bunda tidak boleh menundanya dan harus segera pergi ke rumah sakit untuk mencari pertolongan.

Anak didiagnosis demam ketika suhu tubuhnya di atas 38 derajat Celcius menggunakan termometer.

Ketika ada kuman yang masuk ke saluran pernapasannya, mekanisme perlindungan tubuh pada anak bekerja dengan menimbulkan gejala batuk. Jadi, ketika anak batuk tetapi masih ceria dan tidak disertai adanya keluhan sesak napas, tentu Bunda tidak perlu khawatir.

Sebaliknya, jika saat batuk anak sampai sesak napas atau bahkan napas menjadi berat, maka merupakan hal yang perlu dikhawatirkan. Bunda pun harus mengetahui tanda anak sesak napas dengan menyadari adanya peningkatan laju napas, yakni sebagai berikut:

  • Bayi usia dua bulan memiliki laju napas lebih atau sama dengan 60 kali per menit.
  • Bayi 2-11 bulan memiliki laju napas lebih atau sama dengan 50 kali per menit.
  • Anak 1-5 tahun memiliki laju napas lebih atau sama dengan 40 kali per menit.

Bunda dapat memegang dada anak, lalu hitung selama satu menit kembang napasnya. Jika angkanya lebih dari yang ditetapkan, maka Bunda harus segera membawa anak ke rumah sakit. Apalagi jika anak terlihat lebih lemas, terdengar bunyi napas tambahan, atau bahkan telihat pucat atau kebiruan.

Faktor risiko anak pneumonia

Ada beberapa faktor risiko anak mengidap pneumonia. Berikut ini penjelasannya:

1. Usia

Semakin kecil usia anak tentu risiko terkena pneumonia akan semakin tinggi. Bukan tanpa alasan, hal ini karena sistem imunitasnya belum sempurna, Bunda.

2. Lingkungan

Ketika Bunda tinggal di lingkungan dengan polusi yang tinggi atau berada di wilayah dekat industri serta pabrik, risiko anak terkena pneumonia pun meningkat.

Tidak hanya itu, ketika anak memiliki Ayah atau Bunda yang perokok, mereka pun akan lebih rentan terkena pneumonia.

3. Status gizi

Anak dengan gizi buruk akan lebih rentan terkena penyakit infeksi. Itulah pentingnya mewujudkan anak dengan status gizi baik dengan memberikannya nutrisi yang baik melalui makanan bergizi dengan proporsi yang seimbang antara karbohidrat, protein, dan lemak agar terhindar dari pneumonia, Bunda.

Pada bayi berusia di bawah 6 bulan, pemberian ASI sangat penting untuk meningkatkan imunitasnya. Hal ini karena ASI mengandung antibodi dan zat imun yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

4. Imunisasi

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi yang berat, termasuk pneumonia. Ketika anak tidak pernah diimunisasi, risiko terkena pneumonia-nya pun lebih tinggi.

Apakah bayi yang lahir prematur berisiko tinggi terkena pneumonia?

Bayi yang lahir prematur berisiko lebih tinggi terkena pneumonia. Jika kondisi bayi prematur dalam keadaan stabil dan sehat, mereka dianjurkan untuk mendapatkan imunisasi seperti bayi cukup bulan.

Jangan takut untuk memberikan imunisasi pada bayi yang prematur, Bunda. Justru karena bayi prematur, maka imunisasi sangat diperlukan untuk melindungi Si Kecil dari penyakit infeksi.

Selain imunisasi, pastikan bayi yang prematur juga berada di lingkungan yang baik dan terhindar dari asap rokok. Jika mereka berada di lingkungan yang buruk, tentu akan menambah kerentanannya.

Vaksin yang dianjurkan untuk cegah pneumonia

Ada banyak vaksin yang tersedia dan direkomendasikan oleh fasilitas kesehatan untuk mencegah pneumonia.

Sesuai dengan rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) tahun 2024 , vaksin pneumonia diberikan sebanyak 4 dosis, yaitu saat bayi berumur dua bulan, empat bulan, enam bulan, dan selanjutnya akan diberikan dosis ke-4 saat bayi berusia di atas 1 tahun.

Selain vaksin pneumonia, terdapat vaksin lain untuk mencegah pneumonia, di antaranya adalah vaksin hemophilus influenza B (HIB) yang umumnya terkandung dalam vaksin kombinasi pentavalen ataupun hexavalen.

Kemudian ada pula vaksin campak (MR). Ketika anak tidak diberikan vaksin ini dan mereka mengalami campak, anak mungkin akan mengalami komplikasi termasuk pneumonia atau diare.

Selanjutnya ada pula vaksin influenza untuk mencegah virus influenza. Ketika anak yang sudah mendapatkan vaksin influenza terkena virusnya, mereka hanya akan mengalami gejala ringan. Vaksin influneza direkomendasikan dan dapat diberikan sejak bayi usia enam bulan, kemudian dosis ke-2 selang 4 minggu, dan selanjutnya dapat diulang setiap satu tahun sekali.

Cara rumahan untuk mengatasi pneumonia

Gejala ringan dapat diatasi oleh Bunda dan Ayah di rumah. Berikut ini beberapa caranya:

1. Cukupi kebutuhan cairan

Mengonsumsi air putih yang cukup dapat membuat anak tetap terhidrasi. Tetap penuhi kebutuhan cairan anak, terutama saat anak mengalami demam ya, Bunda.

2. Jangan langsung berikan obat

Ketika anak mengalami batuk, Bunda tidak perlu terburu-buru memberikan obat karena kondisi ini adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang normal.

3. Biarkan anak beristirahat

Istirahat juga menjadi salah satu hal yang penting untuk mengatasi gejala pneumonia. Ada baiknya untuk tidak membiarkan anak pergi sekolah terlebih dahulu sehingga mereka tidak rentan terkena infeksi yang lebih parah ataupun dapat menjadi sumber infeksi bagi teman yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah

4. Konsumsi makanan bergizi

Berikan anak makanan bergizi yang di dalamnya mengandung vitamin serta mineral alami seperti sayur dan buah-buahan.

Pastikan anak mendapat makanan yang bersih dan matang ya, Bunda. Hindari juga makanan yang memperparah batuknya seperti gorengan dan makanan yang mengandung minyak berlebih.

Suplemen vitamin D boleh diberikan sesuai dengan rekomendasi dokter. Hal ini agar imunitas anak semakin meningkat.

5. Bawa anak ke dokter

Jika anak sudah mengalami gejala yang mengkhawatirkan, jangan menunda lagi dan segera bawa mereka ke dokter spesialis anak ya, Bunda.

Bisakah pneumonia sembuh total?

Pneumonia pada anak dapat sembuh secara total, apalagi jika terdeteksi lebih awal dan mendapat tata laksana yang tepat.

Namun, pada yang anak sudah mengalami sesak napas dan baru datang ke rumah sakit, mereka mungkin perlu mendapatkan perawatan intensif.

Tata laksana pneumonia

Ada beberapa hal yang dilakukan dokter spesialis anak untuk menangani pneumonia pada anak. Berikut ulasannya:

1. Diagnosis

Ketika Bunda membawa anak ke rumah sakit dengan dugaan pneumonia, dokter akan memeriksa dan memastikan kondisinya terlebih dahulu. Terlebih ISPA sangat luas dengan gejala yang hampir sama.

2. Menentukan derajat pneumonia

Jika dokter sudah memastikan bahwa anak mengidap pneumonia, dokter pun akan menentukan kelompok pneumonia berdasarkan keparahannya. Ketika anak mengalami pneumonia berat, dokter akan memberikan oksigen.

3. Menentukan penyebabnya

Setelahnya, dokter akan menentukan penyebab pneumonia yang diidap Si Kecil, Bunda. Jika penyebabnya adalah virus, anak akan sembuh dengan daya tahan tubuhnya sendiri, atau pada kondisi tertentu dokter akan memberikan anti-virus sesuai dengan etiologinya.

Dokter juga akan memberikan penanganan berdasarkan gejala yang dirasakan anak. Jika anak sesak, mereka akan memberikan infus, oksigen, serta antibiotik jika disebabkan oleh bakteri.

Tidak semua anak yang mengalami pneumonia akan mendapatkan nebulasi, Bunda. Nebulisasi dapat diberikan oleh dokter, misal pada kondisi anak sesak napas disertai mengi.

Demikian penjelasan pneumonia, gejala, cara mencegah, hingga tata laksananya, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

tags
categories
No category

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest Comments

No comments to show.