
Penyakit stroke umumnya dikenal sebagai kondisi yang menyerang orang lanjut usia. Namun, tahukah Bunda bahwa stroke juga bisa dialami oleh anak-anak, bahkan balita? Meski tergolong langka, kondisi ini nyata dan dapat menimbulkan dampak serius jika tidak segera ditangani.
Belum lama ini, kisah seorang anak berusia dua tahun yang mengalami stroke mencuri perhatian. Tak disangka, gejala awal yang muncul terbilang samar dan kerap disalahartikan sebagai hal wajar pada tumbuh kembang anak seusianya.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada anak tersebut? Bagaimana orang tuanya menyadari ada sesuatu yang tidak biasa? Mari simak kisah selengkapnya berikut ini!
Cerita anak berusia 2 tahun terkena stroke
Melansir dari laman BBC, seorang balita bernama Carter di Crowthorne, Inggris, berhasil selamat dari stroke langka berkat ketelitian orang tuanya dalam mengenali tanda-tanda awal. Kisah ini menjadi sorotan di Southampton Children’s Hospital (SCH), tempat Carter dirawat, dan mendapat apresiasi dari tim medis karena respons cepat keluarganya.
Stroke pada anak-anak memang tergolong sangat jarang. Juru bicara SCH menyebutkan, jenis stroke yang dialami Carter, arterial ischemic stroke, hanya terjadi pada kurang dari 100 anak per tahun di Inggris.
Saat kejadian, Carter sedang berada di rumah bersama kedua orang tuanya, Elise dan Lawrence. Mereka menyadari ada perubahan aneh pada wajah Carter.
“Saya dan Lawrence melihat sisi kanan wajah Carter tiba-tiba menurun. Awalnya kami mengira itu reaksi alergi dan memberinya antihistamin Piriton. Wajahnya sempat normal, tapi kembali menurun beberapa detik kemudian. Saat itulah saya tahu ini bukan alergi,” ujar Elise.
Elise mengaku langsung teringat pada kampanye Act FAST di televisi yang menunjukkan gejala stroke, dan merasa kondisi putranya sangat mirip dengan yang ditampilkan dalam iklan layanan masyarakat tersebut.
“Saya tak pernah tahu anak-anak bisa terkena stroke. Tapi karena informasi di TV, saya yakin ada yang serius, dan langsung menelepon layanan darurat,” lanjutnya.
Carter segera dilarikan ke rumah sakit, lalu dipindahkan ke SCH untuk penanganan intensif. Hasil pemeriksaan menunjukkan ia mengalami stroke iskemik di bagian kiri otaknya. Ia dirawat di ruang perawatan intensif anak (PICU) dan dimasukkan ke dalam kondisi koma medis untuk mengurangi pembengkakan otak.
“Itu masa paling menakutkan dalam hidup kami. Dokter bilang jenis stroke ini sangat parah dan kami harus siap menghadapi kemungkinan terburuk,” kenang Elise.
Meski begitu, keluarga tetap berharap. Berkat penanganan cepat dan terapi rehabilitasi intensif, Carter perlahan menunjukkan kemajuan.
“Carter awalnya tidak bisa berbicara, berjalan, atau menggerakkan lengan kanannya. Tapi setelah terapi setiap hari, dia bisa pulang tepat di hari ulang tahunnya yang ketiga,” ujar Elise haru.
Kini Carter melanjutkan pemulihannya sebagai pasien rawat jalan dan kembali menjadi anak ceria yang suka tertawa dan bermain.
“Perjalanannya masih panjang, tapi melihat senyum di wajahnya sudah menjadi hadiah terbesar bagi kami,” ucap Lawrence.
Dr. Georgina Bird-Lieberman, dokter neurologi anak di SCH, turut menyatakan kekagumannya, “Carter menunjukkan pemulihan luar biasa. Ini berkat ketangguhan pribadinya dan dukungan luar biasa dari keluarganya. Kami juga memastikan pendekatan terapi dibuat senyaman dan semenyenangkan mungkin, mengingat usianya yang masih sangat muda.”
Kenali gejala dan penyebab arterial ischemic stroke
Kasus stroke pada anak memang tergolong langka, Bunda. Salah satu jenis yang jarang terjadi adalah arterial ischemic stroke. Meski begitu, penting bagi Bunda untuk mengenali penyakit ini lebih jauh.
Dikutip dari Boston Children’s Hospital, arterial ischemic stroke (AIS) adalah kondisi cedera pada otak atau sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh kekurangan oksigen pada area yang terdampak. Meski lebih sering terjadi pada orang dewasa, kasus AIS juga bisa dialami oleh anak-anak, seperti Carter.
Untungnya, anak-anak cenderung memiliki pemulihan yang lebih baik dan cepat karena pembuluh darah mereka masih sehat dan otak yang masih dalam tahap perkembangan dapat lebih mudah beradaptasi. Namun, jika tidak ditangani dengan cepat, stroke ini bisa menyebabkan komplikasi seperti kelemahan tubuh, gangguan sensorik, penglihatan, serta hambatan dalam berpikir dan berbahasa.
Gejala arterial ischemic stroke pada anak
Gejala AIS biasanya muncul secara tiba-tiba dan seringkali hanya memengaruhi satu sisi tubuh. Pada bayi baru lahir, gejala bisa tidak tampak jelas, tetapi beberapa mungkin mengalami kejang atau mudah rewel secara tidak biasa.
Sementara itu, pada anak yang lebih besar, gejala-gejala yang perlu diwaspadai antara lain:
- Kejang, terutama di satu sisi tubuh
- Lemah atau mati rasa pada lengan, kaki, atau wajah di satu sisi
- Kesulitan berjalan karena kelemahan otot
- Sulit berbicara atau memahami perkataan
- Sakit kepala hebat, terutama jika disertai kantuk, penglihatan ganda, atau muntah
- Pusing, kehilangan keseimbangan, atau sering jatuh
- Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata
Penyebab arterial ischemic stroke
AIS pada anak dapat terjadi karena dua penyebab utama, yaitu pembekuan darah dan kerusakan atau kelainan pada arteri.
Penyebab akibat pembekuan darah:
- Penyakit darah seperti anemia sel sabit dan kelainan pembekuan
- Penyakit jantung bawaan yang menyebabkan bekuan darah menuju otak
- Infeksi serius
- Gangguan metabolisme
- Kondisi hiperkoagulabilitas atau darah yang terlalu mudah membeku, terutama pada bayi baru lahir
Penyebab akibat kerusakan arteri:
- Cedera kepala atau leher karena kecelakaan
- Diseksi arteri, yaitu robekan di dinding arteri
- Penyakit moyamoya (penyempitan progresif pembuluh darah otak)
- Peradangan arteri atau vaskulitis
Diagnosis dan penanganan stroke pada anak
Diagnosis AIS dimulai di ruang gawat darurat dengan pemeriksaan fisik dan pencitraan seperti CT scan, MRI, atau USG. Pemeriksaan darah juga dilakukan untuk mendeteksi kondisi medis yang memicu pembekuan darah.
Sementara itu, penanganan arterial ischemic stroke adalah keadaan darurat medis. Tim dokter mungkin memberikan obat pelarut bekuan darah atau melakukan tindakan trombektomi untuk mengangkat bekuan secara mekanis. Bila penyebabnya adalah gangguan pembekuan darah atau diseksi arteri, terapi antikoagulan bisa diberikan.
Dalam kasus tertentu, operasi seperti pemasangan stent atau bypass mungkin diperlukan. Setelah penanganan awal, anak akan dirujuk ke terapis fisik, okupasi, atau bicara untuk membantu pemulihan fungsi tubuh dan kualitas hidup secara menyeluruh.
Itulah kisah seorang anak di Inggris yang mengalami stroke, kondisi yang sangat langka pada usia dini. Jika tidak ditangani dengan cepat, stroke bisa menyebabkan kerusakan saraf otak yang serius. Oleh karena itu, penting untuk memahami dasar-dasar tentang stroke. Semoga informasinya bermanfaat, ya, Bunda!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)
No responses yet