
Selama ini perhatian terhadap kesehatan mental dalam keluarga cenderung berfokus pada peran Bunda, terutama dalam masa kehamilan dan pengasuhan awal anak. Namun, semakin banyak penelitian mengungkapkan bahwa peran Ayah dalam mengembangkan emosional anak sama pentingnya.
Salah satu aspek yang disorot dalam penelitian ini adalah kesehatan mental Ayah. Ternyata, kondisi mental Ayah bisa berdampak jangka panjang terhadap perilaku Si Kecil.
Kesehatan mental yang terganggu seperti depresi, kecemasan, atau stres kronis pada Ayah, ternyata tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri. Hal ini juga mampu memengaruhi dinamika keluarga secara keseluruhan.
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan Ayah yang mengalami tekanan psikologis cenderung menunjukkan masalah perilaku, kesulitan bersosialisasi, hingga gangguan emosi di kemudian hari.
Penelitian kesehatan mental Ayah memengaruhi perilaku anak
Melansir dari laman News Medical, sebuah penelitian baru dari Retgers Health mengungkapkan bahwa ketika depresi Ayah tidak bisa terdiagnosis atau ditangani, efek sosial dan perilaku negatif pada anak-anak bisa bertahan selama bertahun-tahun.
Tidak hanya itu, studi yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine, melaporkan anak-anak yang terpapar depresi paternal saat memasuki TK jauh lebih mungkin mengalami kesulitan perilaku. Mereka juga akan mengalami keterampilan sosial yang buruk di usia sembilan tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh asisten profesor pediatri di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School (RWJMS), New Jersey, Amerika Serikat, Kristine Schmitz, bersama dengan peneliti lainnya dari Universitas Princeton dan Universitas Rider, Amerika Serikat, ini dilaporkan langsung oleh para guru, Bunda.
“Kita perlu mempertimbangkan depresi pada kedua orang tua, bukan hanya Bunda. Depresi bisa diobati dan untuk mendukung seluruh keluarga, dokter anak harus mulai membicarakannya dengan Ayah dan mengembangkan intervensi yang berfokus pada Ayah yang memenuhi kebutuhan mereka,” Kristine Schmitz.
Rata-rata 8-13 persen Ayah di Amerika Serikat akan terkena beberapa bentuk depresi selama tahun-tahun awal anak mereka. Prevalensinya pun meningkat menjadi 50 persen ketika Bunda juga mengalami depresi pasca persalinan.
Meski begitu, hanya sedikit penelitian yang berfokus ada depresi Ayah di luar periode pasca kelahiran atau mengeksplorasi hubungan antara kesehatan mental Ayah dan perilaku anak-anak.
Mengutip dari laman Zee News India, para peneliti membandingkan data dari 1.422 Ayah dan memetakan hubungan yang jelas antara depresi Ayah dan perilaku anak.
Misalnya, anak-anak yang Ayahnya mengalami gejala depresi seperti perasaan sedih atau tertekan ketika anak mereka berusia lima tahun, secara signifikan lebih cenderung menunjukkan rasa gelisah, pembangkangan, dan kemarahan, serta memiliki tingkat kerja sama dan harga diri yang lebih rendah ketika anak berusia 9 tahun.
Kristine mengatakan ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan hal ini. Salah satunya adalah depresi diketahui menyebabkan kesulitan dalam mengasuh anak dan berkurangnya dukungan emosional pada anak. Ini juga menyebabkan konflik atau stres lainnya di rumah, Bunda.
Demikian penjelasan tentang kesehatan mental Ayah turut berpengaruh pada perilaku anak saat dewasa. Semoga bisa memberikan manfaat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/rap)
No responses yet