
Tantrum pada anak usia dua tahun menjadi salah satu tantangan bagi para orang tua. Di usia ini, anak mulai menunjukkan keinginan untuk lebih mandiri.
Sayangnya, keterbatasan kosa kata membuat anak sulit mengkomunikasikan apa yang mereka inginkan. Tidak hanya tu, mereka juga sulit mengelola emosi karena tumbuh kembangnya masih belum maksimal.
Hal ini turut dijelaskan oleh dokter Spesialis Anak dari RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, dr. Nitish Basant Adnani, BMedSc, M.Sc, Sp.A, Bunda. Ia menyebut bahwa anak mungkin marah karena tidak bisa memberitahu orang tuanya apa yang ingin diungkapkan.
“Memang tantrum itu pasti sering kali kita alami, terutama pada anak-anak yang ada di kelompok usia 1-4 tahun,” ujarnya ketika berbincang dengan HaiBunda dalam Instagram Live, beberapa waktu lalu.
“Tantrum itu seringnya, seringnya tidak selalu, tapi seringnya itu terjadi saat anak ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada kita, tapi belum punya kata-kata yang cukup. Jadi dia belum punya kosa kata yang cukup untuk mengkomunikasikan sesuatu. Ibaratnya kita ingin ngomong sesuatu, tapi kita belum punya kosa katanya,” sambungnya.
Kategori tantrum batas normal
Dalam kesempatan yang sama, dr. Nitish menyebutkan ada tantrum yang masih dikategorikan normal. Misalnya saja anak tidak melukai dirinya dan tantrum yang terjadi tidak berlangsung lama.
“Tantrum ini ada yang masih bisa kita golongkan sebagai normal, ada yang tidak. Jadi tantrum yang masih dalam range normal itu tidak melukai diri anaknya sendiri. Kemudian yang kedua, tidak terlalu sering ya, mungkin 1-4 kali sehari, tidak lebih dari itu,” paparnya.
“Durasinya juga singkat, di bawah setengah jam. Itu tantrum yang kita masih anggap sebagai normal,” lanjut dr. Nitish.
Cara menenangkan anak tantrum
Dokter Nitish juga memberikan beberapa tips untuk mengatasi anak yang tantrum. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:
1. Tenangkan anak
Ketika anak mengalami tantrum, pastikan Bunda tidak langsung reaktif, ya. Jangan balas emosi anak dengan luapan emosi juga. Ada baiknya untuk mengosongkan pikiran dan menenangkan Si Kecil.
“Jadi kalau anak ada luapan emosi ya, misalnya dia teriak, marah, atau kesal, atau nangis, apalagi kalau di tempat umum, kita tidak boleh langsung reaktif. Jadi kita tidak boleh membalas dengan emosi yang juga meluap-luap.”
“Satu, kita mesti tenangkan, kosongkan pikiran, walaupun terkadang challenging banget ya, tapi kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan itu,” lanjut dr. Nitish.
2. Jaga anak selama tantrum
Biarkan anak melewati masa tantrumnya ini, Bunda. Meski begitu, Bunda harus tetap menjaga Si Kecil agar mereka tidak menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.
“Kita biarkan anak melewati fase tantrumnya itu. Kita menjaga di sekitar anak, agar dia tidak melukai diri sendiri. Kalau di tempat umum, berarti dia juga jangan sampai membahayakan orang lain, atau melukai orang lain,” ungkap dr. Nitish.
3. Validasi perasaan anak
Dokter Nitish menyarankan agar Bunda membiarkan anak untuk tenang selama 15 hingga 30 menit. Setelahnya, Bunda bisa validasi perasaan anak, terutama ketika mereka sudah bisa berkomunikasi dua arah.
“Jadi kita bisa kasih info ke anaknya, bahwa kita informasikan dulu, ‘Tadi kenapa? Sedih ya?’. Jadi kita validate emosi yang dia rasakan. ‘Sedih ya? Atau marah ya? Kenapa? Karena apa?’. Kalau dia sudah bisa menggunakan kata-kata, kita biarkan dia mengekspresikan emosinya dengan kata-kata yang sudah bisa dikomunikasikan. Tapi kalau tidak bisa, kita bantu,” paparnya.
“(Katakan) ‘Karena ini ya tadi sedihnya? atau karena ini ya tadi marahnya?’. Nah, nanti setelah itu baru kita pasti tahu, seharusnya kayak gini, yang benar kayak gini, yang salah kayak gini. Jadi kalau kita sudah bisa validate, kita kasih tahu informasi itu, terkadang ada sebagian yang sudah masuk ke kepala Si Kecil. Jadi nanti lama-lama dia akan mulai mengerti,” imbuh dr. Nitish.
4. Jangan bosan
Ketika anak tantrum, mereka mungkin akan melupakan semua yang Bunda katakan sebelumnya. Oleh karena itu, jangan bosan beritahu anak untuk memvalidasi perasaannya ini, ya.
“Mungkin satu kali tantrum, kita jelaskan, dia belum langsung menangkap ya, besoknya tantrum lagi dengan hal yang sama lagi. Tapi percayalah, jangan bosen-bosen. Untuk mengulang terus validasinya, memberikan terus penjelasan apa yang benar, apa yang salah. Nanti pasti suatu waktu, dia akan bisa menangkap apa yang dimaksud,” jelas dr. Nitish.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)
No responses yet