
Di sebuah hutan hujan tropis, hiduplah Kuki si Kukang. Ia lambat, tapi selalu hati-hati dalam bertindak. Karena geraknya yang pelan, teman-temannya sering mengejeknya.
“Ayo cepat, Kuki! Dunia ini untuk yang gesit!” ejek Tupai.
Suatu hari, Raja Hutan mengadakan lomba memetik buah langka yang hanya tumbuh di ujung dahan pohon tertinggi. Siapa yang bisa membawa buah itu dengan selamat ke tanah, akan jadi Penjaga Buah Hutan.
Tupai, Musang, dan Lutung langsung berlomba naik. Mereka melompat cepat dan berebut buah. Tapi karena terburu-buru, dahan patah! Buah langka itu jatuh dan menggelinding ke celah akar yang sempit.
Semua hewan bingung. Akar itu tajam dan sempit. Tapi Kuki pelan-pelan turun. Dengan gerakan tenang dan teliti, ia masuk ke celah, menghindari duri, dan mengambil buah dengan hati-hati.
Beberapa jam kemudian, Kuki keluar membawa buah itu utuh, tanpa goresan.
“Kenapa kamu tidak ikut berebut dari awal, Kuki?” tanya Lutung.
“Aku tahu dahan itu rapuh. Kalau buru-buru, malah bahaya,” jawab Kuki pelan.
Raja Hutan tersenyum. “Kadang, yang lambat bukan karena lemah. Tapi karena berpikir lebih dulu.”
Sejak itu, Kuki dihormati sebagai Penjaga Buah Hutan. Ia membuktikan bahwa ketekunan dan kehati-hatian bisa lebih unggul daripada kecepatan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir)
No responses yet