
Kebiasaan orang tua yang suka berbohong pada anaknya mungkin terdengar sepele. Terlebih jika kebohongan itu disebutkan demi ‘kebaikan’ atau hanya untuk menenangkan Si Kecil sesaat.
Kalimat seperti ‘Kalau kamu nakal, nanti kamu disuntik dokter’ atau ‘Kalau kamu begini terus, Bunda tinggal ya’, adalah kalimat yang sering dipakai untuk mengancam atau menakut-nakuti anak. Tanpa disadari, kebiasaan ini akan meninggalkan jejak psikologis yang cukup mendalam bagi anak.
Kebiasaan Bunda membohongi anak sejak kecil ini juga akan membangun suatu sifat yang akan mereka miliki saat dewasa. Tidak hanya itu, kejujuran yang harusnya diajarkan sejak dini justru menjadi hal yang dianggap fleksibel atau tidak penting.
Sifat anak saat dewasa ketika sering dibohongi
Mengutip dari laman Psypost dan The Swaddle, ada beberapa sifat anak yang terlihat ketika dewasa saat mereka sering dibohongi. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:
1. Suka melanggar aturan
Penelitian yang dipublikasi dalam Journal of Experimental Child meneliti 379 orang dewasa Singapura dan meminta mereka untuk mengisi kuesioner secara online. Mereka juga diminta untuk mengingat kebohongan orang tua mereka saat kecil.
Saat menganalisis tanggapan mereka, para peneliti menemukan bahwa anak yang sering dibohongi saat kecil memiliki masalah adalah hal pelanggaran aturan serta perilaku yang mengganggu.
“Mengasuh anak dengan berbohong bisa menempatkan anak-anak pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan masalah seperti agresi, pelanggaran aturan, dan perilaku mengganggu,” tulis para peneliti dalam jurnal tersebut.
2. Mengikis rasa kepercayaan anak
Penelitian yang dilakukan dengan bekerja sama dengan Universitas Toronto Kanada, Universitas California Amerika Serikat, San Diego, dan Universitas Normal Zhejiang China ini menemukan bahwa orang tua kerap mengatakan pada anak kejujuran adalah hal yang baik. Namun, ketika orang tua tidak melakukannya, mereka justru mengikis kepercayaan anak dan membuat anak memiliki sifat tidak jujur.
“Ketika orang tua memberi tahu anak-anak bahwa kejujuran adalah kebijakan terbaik namun menunjukkan ketidakjujuran dengan berbohong, perilaku seperti ini bisa mengirimkan pesan yang bertentangan pada anak,” kata penulis utama sekaligus asisten profesor, Setoh Peipei.
“Ketidakjujuran orang tua pada akhirnya bisa mengikis kepercayaan dan mendorong ketidakjujuran pada anak-anak,” sambungnya.
3. Anak menjadi pembohong
Anak-anak adalah peniru yang paling pandai, Bunda. Ketika mereka melihat Bunda dan Ayah yang sering berbohong di masa kecil, bukan hal yang tidak mungkin mereka akan menjadi orang dewasa yang juga suka berbohong.
Peipei mengungkapkan bahwa orang tua perlu mempertimbangkan perilaku suka berbohong ini. Ayah dan Bunda bisa mengakui perasaan anak sehingga mereka tumbuh menjadi apa yang diharapkan.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa mengasuh anak dengan berbohong adalah praktik yang berdampak negatif bagi anak-anak saat mereka besar nanti. Orang tua harus menyadari potensi ini dan mempertimbangkan alternatif berbohong seperti mengakui perasaan anak-anak, memberikan informasi sehingga anak-anak tahu apa yang diharapkan.”
“Bunda juga bisa menawarkan pilihan dan memecahkan masalah bersama untuk mendapatkan perilaku yang baik dari anak-anak,” sambung Peipei.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)
No responses yet